Sunday, January 22, 2012

Here, Waiting For You


Gadis berkulit pucat itu termenung. Ia menunggumu; menantimu. Sudah lama ia terduduk disini sembari mengedarkan bola mata hitamnya untuk menangkap siluetmu. Kau tahu? Ini bukan pertamakalinya ia menantimu berjam-jam lamanya. Penantian selama tiga tahun yang sia-sia. Entah kau memang ‘tak mengetahuinya atau kau sengaja menganggapnya ‘tak ada. Hanya delusi belaka bahwa kau akan menyadari keberadaannya.

Bintang-bintang menghilang, terganti oleh kelabunya mega. Namun, ia? Masih bertahan disini, menantimu. Saat ini adalah saat-saat terakhirnya untuk menikmati keindahan hidup singkatnya. Entah kapan , kereta kuda emas itu menjemputnya. Dan walau ia tahu bahwa kau ‘takkan pernah datang, ia ‘takkan pernah lelah menantimu.

Tetesan air hujan turun perlahan, diikuti oleh tetesan berikutnya. Membuktikan secara nyata adanya Gravitasi Bumi, oleh Issac Newton. Petir yang menyambar begitu dahsyatnya membuatnya ketakutan. Bagaimana tidak?
Ia salah satu dari berjuta orang yang phobia terhadap petir. Namun, walau begitu, ia akan tetap menantimu.

Kau tahu? Ia kedinginan disini, ketakutan dan kesepian. Ia ingin, di saat-saat terakhirnya kau akan datang dan mengetahui keberadaannya. Seseorang yang menyayangimu, mengagumimu dalam diam dan menanti kehadiranmu.

Tetesan bening air hujan kini berwarna kemerahan, menodai gaun putihnya yang hanya ia kenakan malam ini, untuk menantimu. Kini ia bersimbah darah, penyakit leukemia yang telah dideritanya beberapa bulan lalu sudah tergolong kronis. Saat ini, hanya satu yang ia inginkan. Kau menghampirinya dan mengetahui bahwa ia menantimu.

Kilat berkelebat diikuti suara petir yang membuatnya semakin ketakutan. Ia menangis, ia lelah, ia ‘tak kuat lagi. Gadis itu terbatuk, mengeluarkan darah segar yang membuat rumput hijau dibawahnya bernuansa kemerahan. Dan saat itu juga ia terjatuh. Penantian yang sia-sia, karena kau sampai saat ini ‘tak juga mengetahui bahwa seorang gadis ‘tak bernyawa itu menantimu.

No comments:

Post a Comment